BREN dan BRMS Resmi Masuk MSCI, Investor Asing Bereaksi Cepat

Jumat, 07 November 2025 | 10:18:49 WIB
BREN dan BRMS Resmi Masuk MSCI, Investor Asing Bereaksi Cepat

JAKARTA - Masuknya saham Indonesia ke indeks global seperti Morgan Stanley Capital International (MSCI) selalu menjadi magnet bagi investor asing. 

Fenomena ini terlihat jelas pada saham-saham yang masuk dalam rebalancing MSCI periode Agustus 2025. Contohnya, saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) resmi masuk ke MSCI Global Standard Index.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), kepemilikan investor asing atas saham CUAN terus meningkat menjelang dan setelah rebalancing MSCI. 

Pada Agustus 2025, investor asing tercatat memegang 14,52 miliar saham CUAN, naik 4,24% dibanding bulan sebelumnya. Lonjakan ini menunjukkan bahwa masuknya saham ke MSCI dapat langsung menarik perhatian investor global. 

Tren kenaikan ini berlanjut hingga September 2025, dengan kepemilikan asing mencapai 14,69 miliar saham atau naik 1,21% secara bulanan.

Kenaikan serupa juga terjadi pada DSSA. Investor asing yang memegang saham ini pada Agustus 2025 tercatat 1,53 miliar, meningkat 0,07% dari bulan sebelumnya.

Fenomena ini menjadi bukti nyata bahwa investor global menaruh minat tinggi pada saham yang masuk indeks MSCI, karena masuknya saham ke daftar indeks global kerap dianggap sebagai jaminan likuiditas dan prospek jangka panjang.

Saham Terdepak MSCI Alami Penurunan Minat Asing

Sebaliknya, saham yang dikeluarkan dari MSCI Global Standard Index cenderung ditinggalkan investor asing. Contohnya PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO).

Dalam rebalancing Agustus 2025, ADRO dipindahkan ke MSCI Small Cap Index. Kepemilikan asing atas saham ADRO turun 12,16% secara bulanan, dari 4,63 miliar di Juli menjadi 4,06 miliar pada Agustus. Penurunan ini terus berlanjut hingga September 2025, menyisakan 14,12 juta saham yang dipegang investor asing.

Fenomena ini memperlihatkan bahwa investor global cenderung menyesuaikan portofolio secara cepat setelah pengumuman rebalancing MSCI. 

Hal ini menjadi pelajaran penting bagi investor domestik maupun asing bahwa perubahan status dalam indeks MSCI dapat memengaruhi harga, likuiditas, dan kepemilikan saham secara signifikan.

BREN dan BRMS Resmi Masuk MSCI Global Standard Index

Rebalancing MSCI November 2025 menghadirkan dua nama besar yang menjadi sorotan pasar: PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). 

Kedua saham ini sudah digadang-gadang bakal masuk ke indeks global, sehingga lonjakan kepemilikan investor asing menjelang pengumuman resmi pun tidak terelakkan.

Pada September 2025, investor asing memegang saham BREN sebanyak 46,24 miliar, melonjak drastis hingga 4.717,25% dibanding posisi Agustus 2025 yang hanya 959,93 miliar saham. 

Kenaikan kepemilikan asing ini menunjukkan antisipasi investor terhadap potensi keuntungan dan likuiditas yang lebih tinggi setelah BREN resmi masuk MSCI. Pada Oktober 2025, kepemilikan asing BREN terus naik tipis menjadi 46,28 miliar saham, menandakan investor tetap optimistis meski lonjakan awal sudah signifikan.

Sementara itu, kepemilikan asing atas saham BRMS juga meningkat, meski dalam skala lebih moderat. Pada September 2025, investor asing memegang 75,85 miliar saham BRMS, naik 4,46% dibanding Agustus yang sebesar 72,61 miliar. 

Lonjakan ini menandai adanya tren investor global yang memburu saham-saham yang masuk MSCI, bahkan sebelum pengumuman resmi dilakukan.

Efek Domino Rebalancing MSCI pada Pasar Saham

Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, memproyeksikan bahwa masuknya BREN dan BRMS ke MSCI Global Standard Index akan menarik arus dana pasif masing-masing antara US$ 100 juta hingga US$ 200 juta. 

Menurutnya, aliran dana ini memperkuat keyakinan bahwa minat investor asing terhadap pasar saham Indonesia akan bertahap hingga akhir tahun. Faktor pendukungnya adalah harapan pemangkasan suku bunga global pada 2026 serta stabilitas makroekonomi Indonesia.

Liza menambahkan bahwa efek rebalancing MSCI tidak hanya soal masuknya dana, tetapi juga pergeseran kepemilikan (ownership shift). 

“BREN menjadi saham terbesar yang masuk ke MSCI sejajar dengan Zijin Gold dan GF Securities asal China. Saham ini berpotensi menarik tambahan kepemilikan asing mendekati atau bahkan di atas 5% dalam jangka pendek karena reposisi portofolio dari global passive funds,” jelas Liza.

Menurut Liza, BRMS akan mengalami tren serupa, meski dalam skala lebih kecil. Sementara saham-saham yang dikeluarkan dari MSCI, seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan ICBP, berpotensi mengalami pengurangan kepemilikan asing. 

Outflow dari saham-saham ini diperkirakan bisa mencapai masing-masing US$ 60 juta–US$ 70 juta, seiring dana asing yang beralih ke saham yang masuk indeks.

Small Cap Juga Mengikuti Aliran Dana Asing

Rebalancing MSCI juga membuka peluang bagi saham-saham small cap. Saham seperti ENRG, WIFI, DSNG, MSIN, dan RAJA diperkirakan akan mengalami peningkatan foreign float karena tambahan alokasi dari dana pasif global. 

Hal ini menunjukkan bahwa efek rebalancing tidak terbatas pada saham unggulan, tetapi juga memberikan peluang bagi saham-saham dengan kapitalisasi lebih kecil.

Fenomena ini menekankan pentingnya strategi investasi yang cermat. Investor harus memperhatikan saham yang berpotensi masuk MSCI agar dapat memanfaatkan arus modal asing secara optimal, sekaligus mengantisipasi saham yang dikeluarkan dari indeks agar dampak penurunan kepemilikan asing bisa diminimalkan.

Pelajaran dari Rebalancing Sebelumnya

Kenaikan kepemilikan asing pada saham CUAN dan DSSA menjadi contoh nyata bahwa masuknya saham ke MSCI dapat langsung menarik perhatian investor global.

Sebaliknya, saham yang keluar dari indeks cenderung ditinggalkan, menciptakan dinamika kepemilikan yang cukup tajam dalam jangka pendek. Investor perlu memahami bahwa perubahan status di MSCI tidak hanya soal prestise, tetapi juga memengaruhi likuiditas, harga, dan strategi portofolio.

Dengan strategi yang tepat, investor dapat memanfaatkan momentum rebalancing untuk meraih keuntungan, baik melalui saham-saham unggulan seperti BREN dan BRMS, maupun small cap yang memiliki potensi kenaikan foreign float. 

Hal ini juga menunjukkan pentingnya pengamatan terhadap arus dana pasif global, karena investor asing cenderung menyesuaikan portofolio secara cepat setelah pengumuman resmi MSCI.

Masuknya BREN dan BRMS ke MSCI Global Standard Index menegaskan bahwa indeks global tetap menjadi magnet bagi investor asing. Lonjakan kepemilikan asing pada saham-saham unggulan maupun small cap membuktikan bahwa arus dana pasif memiliki pengaruh besar terhadap pasar saham domestik.

Investor perlu cermat dalam membaca tren ini. Saham yang masuk MSCI berpotensi mendapat tambahan kepemilikan asing yang signifikan, sementara saham yang keluar berisiko mengalami pengurangan investor asing. 

Rebalancing MSCI bukan sekadar perubahan daftar saham, tetapi momentum penting yang membentuk aliran modal, kepemilikan, dan strategi investasi jangka pendek hingga menengah di pasar modal Indonesia.

Terkini