cabe terpedas di dunia

Daftar Cabe Terpedas di Dunia, Nomor 1 Carolina Reaper

Daftar Cabe Terpedas di Dunia, Nomor 1 Carolina Reaper
cabe terpedas di dunia

JAKARTA - Cabe terpedas di dunia selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Indonesia yang terkenal menyukai sensasi pedas dalam setiap hidangan. 

Bagi banyak orang, makan tanpa sambal pedas terasa kurang lengkap, sehingga tak mengherankan jika tren makanan dengan tingkat kepedasan tertentu semakin menjamur.

Popularitas makanan pedas juga didorong oleh kehadiran berbagai jenis cabai ekstrem yang tidak hanya digunakan dalam masakan, tetapi juga diolah menjadi camilan favorit. 

Beberapa jenis cabe terpedas di dunia bahkan menjadi tantangan tersendiri bagi pecinta kuliner pedas, yang ingin menguji sejauh mana mereka bisa menahan panasnya rasa yang membakar lidah.

Jika kamu termasuk penggemar pedas sejati, jangan lewatkan untuk mengetahui daftar cabai-cabai dengan tingkat kepedasan tertinggi yang pernah ada.

Daftar Cabe Terpedas di Dunia

Bagi penikmat sensasi pedas, hidangan sering kali terasa kurang sempurna tanpa tambahan cabai. Seiring meningkatnya minat terhadap rasa pedas, bermunculan berbagai kreasi kuliner yang menghadirkan cita rasa menyengat.

Tidak hanya digunakan dalam masakan, berbagai jenis cabai kini dikenal memiliki tingkatan kepedasan yang berbeda, tergantung pada jenis dan warnanya—baik hijau, oranye, maupun merah. Masing-masing membawa sensasi panas yang unik.

Lalu, cabai mana saja yang masuk dalam kategori cabe terpedas di dunia? Temukan jawabannya melalui daftar yang telah dirangkum berikut.

Carolina Reaper

Sejak pertama kali tercatat pada tahun 2013 dalam Guinness World Records, Carolina Reaper dinobatkan sebagai cabai dengan tingkat kepedasan tertinggi di dunia. 

Tingkat kepedasannya rata-rata mencapai angka 1.569.300 dan bahkan bisa menembus hingga 2.200.000 dalam satuan Scoville Heat Units (SHU).

Sebagai perbandingan, cabai rawit dan jalapeño yang cukup dikenal luas hanya memiliki tingkat kepedasan sekitar 100.000 SHU untuk rawit dan berkisar antara 2.500 sampai 8.000 SHU untuk jalapeño. 

Jika dibandingkan, sudah jelas bahwa Carolina Reaper jauh lebih pedas dari keduanya, menempatkannya pada level tertinggi dalam hal rasa pedas.

Meski dikenal sangat menyengat, cabai ini ternyata memiliki rasa manis di awal saat pertama kali dikunyah. Namun, setelah beberapa saat, rasa pedas yang muncul begitu kuat, seolah membakar bagian lidah dan mulut.

Selain dikenal karena tingkat pedasnya yang ekstrem, cabai ini tidak tumbuh secara alami, melainkan hasil persilangan. 

Carolina Reaper adalah produk rekayasa pertanian yang merupakan gabungan dari dua jenis cabai, yakni naga viper dan habanero merah. 

Proses pembiakannya pertama kali dilakukan oleh seorang petani bernama Ed Currie yang tinggal di Fort Mill, Carolina Utara, Amerika Serikat.

Tak hanya menimbulkan rasa panas luar biasa di lidah, konsumsi cabai ini juga bisa memberikan dampak terhadap kesehatan tubuh. Berikut beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah mengkonsumsi cabai Carolina Reaper:

  • Munculnya sensasi panas hebat pada mulut dan tenggorokan

Efek yang paling sering dirasakan adalah rasa panas dan terbakar yang sangat kuat di area mulut hingga tenggorokan. 

Hal ini terjadi karena adanya kandungan senyawa capsaicin di dalamnya, yaitu senyawa yang mampu mengaktifkan reseptor rasa sakit dalam tubuh.

  • Peningkatan detak jantung

Senyawa capsaicin juga bisa menimbulkan rasa nyeri di lambung serta memicu pelepasan hormon stres yang berdampak pada naiknya detak jantung. 

Reaksi ini bisa terjadi tidak hanya karena Carolina Reaper, tetapi juga bisa dialami saat mengonsumsi jenis cabai lain, meskipun tidak sepedas Reaper.

  • Mual hingga gangguan pencernaan seperti muntah dan diare

Pada beberapa orang, capsaicin dalam jumlah tinggi bisa menyebabkan gangguan pencernaan serius, termasuk rasa mual, muntah, bahkan diare. 

Terutama bagi individu dengan sistem pencernaan yang sensitif, disarankan untuk menghindari konsumsi cabai ini karena sensasi panas tidak hanya dirasakan di mulut dan tenggorokan, tetapi bisa menjalar hingga ke saluran pencernaan bawah dan memicu diare.

Tingkat kepedasan dari Carolina Reaper kerap menarik rasa penasaran banyak orang, terutama bagi pencinta makanan pedas. Hal inilah yang menyebabkan cabai ini sempat populer dan menjadi bahan perbincangan. 

Bukan hanya Carolina Reaper, berbagai jenis cabai lainnya pun selalu menarik perhatian, terlebih bagi masyarakat yang gemar menyantap hidangan pedas seperti sambal.

Karena tingginya minat terhadap cabai, tanaman ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi. 

Permintaan pasar terhadap cabai terus meningkat setiap tahunnya, menjadikan tanaman ini sebagai komoditas yang berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai peluang usaha yang menguntungkan.

Trinidad Moruga Scorpion

Setelah Carolina Reaper, posisi cabai terpedas kedua di dunia dipegang oleh Trinidad Moruga Scorpion. Cabai ini berasal dari wilayah Moruga yang terletak di Trinidad dan Tobago. 

Sebelum akhirnya disalip oleh Reaper, cabai ini sempat memegang rekor sebagai yang terpedas di dunia pada tahun 2012.

Jika Carolina Reaper mampu mencapai tingkat kepedasan antara 1,5 juta hingga 2 juta satuan Scoville (SHU), maka Trinidad Moruga Scorpion berada sedikit di bawahnya, yaitu sekitar 1,2 juta SHU. 

Meskipun level pedasnya tidak setinggi Reaper, sensasi panas yang ditimbulkan tetap terasa menyengat dan tidak jauh berbeda.

Dibandingkan dengan Reaper yang lebih dikenal luas, Trinidad Moruga Scorpion cenderung lebih sulit ditemukan dan termasuk dalam kategori cabai yang cukup langka. 

Salah satu ciri khasnya adalah bentuknya yang menyerupai ekor kalajengking pada bagian ujung bawah, sehingga tak heran jika namanya disematkan dengan kata “Scorpion”.

Bukan hanya bentuknya yang menarik perhatian, cabai ini juga memiliki warna yang lebih pekat ketika matang dibandingkan dengan jenis cabai lainnya. Tingkat kepekatan warna tersebut menjadi indikator dari seberapa pedas cabai ini. 

Jika warnanya tampak lebih gelap, maka tingkat pedasnya cenderung lebih tinggi. Sebaliknya, ketika warna cabainya masih oranye muda, hal itu menandakan bahwa buah tersebut belum matang sepenuhnya dan belum siap untuk dipanen.

Meski tingkat kepedasannya berada sedikit di bawah Carolina Reaper, sensasi panas yang dihasilkan tetap bisa membuat orang berpikir dua kali untuk mencobanya. Apakah kamu berani merasakan langsung kepedasan dari cabai ini?

7 Pot Douglah

Berikutnya, cabai dengan nama cukup unik, yaitu 7 Pot Douglah, menduduki peringkat ketiga sebagai salah satu cabai terpedas di dunia. 

Tingkat kepedasan cabai ini berkisar antara 1 juta hingga 1,8 juta SHU, dan umumnya berada pada kisaran rata-rata 1,3 juta SHU.

Seperti Trinidad Moruga Scorpion, 7 Pot Douglah juga berasal dari daerah Trinidad. Nama “7 Pot” berasal dari keyakinan lokal bahwa satu buah cabai ini cukup untuk membumbui hingga tujuh panci masakan. 

Sementara itu, nama “Douglah” sendiri berkaitan dengan istilah budaya setempat yang merujuk pada keturunan campuran antara Afrika dan India di wilayah tersebut.

Meskipun berada satu tingkat di bawah dua jenis cabai sebelumnya, sensasi panas yang dihasilkan tetap tak bisa dianggap remeh. 

Rasa pedas dari cabai ini bukan hanya menyerang saat dimakan, tetapi juga bisa terasa ketika minyak atau cairannya mengenai kulit. Rasa panas tersebut bisa menyebar dengan cepat, terutama di area mulut dan tenggorokan setelah dikunyah.

Dari segi tampilan, 7 Pot Douglah memiliki kemiripan dengan Trinidad Moruga Scorpion. Permukaannya sedikit keriput, dan bagian ujungnya tampak menyerupai ekor kalajengking. 

Meski begitu, rasanya memiliki karakteristik yang berbeda. Bila Carolina Reaper memberikan kesan manis di awal, maka 7 Pot Douglah menghadirkan rasa yang agak nutty dan sedikit fruity ketika pertama kali digigit. 

Tapi jangan tertipu oleh rasa awalnya, karena sesaat kemudian, rasa panas yang menyengat akan langsung menyelimuti mulut dan menjalar ke tenggorokan.

Bagaimana, tertarik mencoba tantangan rasa pedas dari 7 Pot Douglah? Bagi kamu yang menyukai sensasi pedas, Indonesia sendiri memiliki banyak hidangan tradisional yang menyajikan cita rasa pedas khas rempah-rempah lokal. 

Beberapa di antaranya berasal dari wilayah Sulawesi Utara seperti Tondano dan Minahasa. 

Kuliner dari daerah tersebut umumnya menggunakan cabai rawit dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga menghadirkan rasa pedas yang kuat dan menggugah selera.

7 Pot Primo

Sama seperti Carolina Reaper, 7 Pot Primo merupakan jenis cabai hasil rekayasa yang pertama kali dikembangkan pada tahun 2005. Cabai ini merupakan hasil persilangan antara dua varietas pedas, yaitu Trinidad 7 Pot dan Naga Morich. 

Pengembangnya adalah Troy Primeaux, seorang ahli hortikultura yang berasal dari Louisiana, Amerika Serikat.

Cabai ini memiliki tingkat kepedasan yang luar biasa, yaitu dapat mencapai hingga 1,4 juta Scoville Heat Units (SHU). Selain sensasi pedas yang membakar, 7 Pot Primo juga memiliki karakter rasa yang menarik. 

Aroma dan cita rasanya menyimpan nuansa buah-buahan yang segar serta aroma floral yang cukup kuat, memberikan pengalaman rasa yang kompleks dan khas layaknya cabai super pedas lainnya.

Dari keluarga 7 Pot sendiri terdapat beberapa varietas yang berbeda-beda, seperti 7 Pot Yellow, 7 Pot Chocolate, 7 Pot White, 7 Pot Douglah, hingga 7 Pot Primo. 

Meskipun dari segi bentuk terlihat cukup mirip satu sama lain, 7 Pot Primo biasanya memiliki warna merah cerah saat masih muda dan kemudian perlahan berubah menjadi oranye atau kuning seiring proses kematangan.

Salah satu ciri khas utama dari cabai ini adalah bentuknya yang terlihat menggumpal atau padat, sehingga mudah dikenali di antara varietas lain. 

7 Pot Primo juga dikenal sebagai salah satu jenis cabai terpedas yang populer digunakan sebagai bahan tambahan dalam berbagai resep masakan pedas. 

Namun, penggunaannya harus benar-benar diperhatikan karena tingkat pedasnya sangat tinggi—cukup sedikit saja sudah mampu memberikan sengatan pedas yang kuat.

Popularitas cabai-cabai dengan tingkat kepedasan ekstrem seperti 7 Pot Primo ini turut mendorong banyak petani dan penggemar tanaman cabai untuk mencoba menanamnya. 

Selain sensasinya yang unik dan menantang, cabai ini juga memiliki potensi nilai jual yang tinggi, menjadikannya komoditas hortikultura yang tidak hanya menarik untuk dikoleksi tetapi juga menguntungkan secara ekonomi.

Sebagai penutup, berbagai jenis cabe terpedas di dunia hadir dengan rasa unik dan tingkat kepedasan ekstrem yang menantang, cocok bagi pecinta sensasi kuliner luar biasa.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index